Kirab Budaya: Gagasan Kebhinekaan di Kota Sukabumi



Berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya, apalagi di masa pandemi, peringatan Kemerdekaan Indonesia tahun 2023 diisi oleh kegiatan Kirab Budaya Merah Putih pada 20 Agustus 2023 di Kota Sukabumi. Berbagai unsur dan elemen pemerintah serta masyarakat urun rembug mengikuti Kirab Budaya ini.

Kirab Budaya Merah Putih menjadi penanda positif tentang kebhinekaan yang termanifestasi dalam wujud tampilan (papaƩs), pakaian, dan corak budaya yang dikenakan oleh para peserta.

Enam tahun lalu, kirab semacam ini diselenggarakan sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Hari Jadi Kota Sukabumi dalam format “Helaran Budaya”. Kirab atau parade kebudayaan harus terhenti dan tidak diselenggarakan di masa pandemi. Pandemi berdampak bukan hanya pada sektor kesehatan, juga pada aktivitas lainnya karena kewajiban penerapan pembatasan berskala besar bagi seluruh wilayah.

Masa pandemi pada akhir 2019 hingga pertengahan 2021 –jika dipandang secara positif- merupakan saat yang tepat bagi manusia untuk melakukan relaksasi sekaligus merefleksi diri tentang keharusan manusia menghormati dirinya sendiri, jangan terlalu kemaruk terhadap apa yang mereka pandang sebagai kebaikan, namun hakikatnya mengabaikan kebaikan bagi alam sekitar.

Serupa dengan situasi orang yang baru bangun dari tidur, berbagai kegiatan dan aktivitas kembali diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat setelah pandemi berlalu. Lembaga pendidikan kembali melakukan pembelajaran tatap muka, pusat kota hidup kembali, kafe-kafe dan pusat kuliner ramai kembali oleh pengunjung, dan kegiatan berskala besar dapat dilakukan oleh masyarakat tanpa perlu dilengkapi oleh alat pelindung diri, misalnya masker.

Watak dasar manusia kembali mengemuka setelah satu tahun lebih ditempatkan pada lembah kontemplatif. Manusia kembali keluar dari dalam goa pekat, tanpa dihantui lagi oleh rasa takut berbincang, berkomunikasi, dan bercengkrama dengan sesamanya. Di masa pandemi, sekadar bersin kecil saja, orang-orang di sekitar segera menghindar, melakukan penjarakan sosial dengan orang lain.

Peringatan kemerdekaan Indonesia pada Agustus 2022 kembali lebih meriah dari tahun sebelumnya. Pembatasan sosial berskala mikro masih tetap diterapkan oleh pemerintah untuk membatasi kegiatan-kegiatan masyarakat yang dapat memicu kembali gelombang lonjakan Covid-19. Masyarakat kadung sudah merasa bosan mengurung diri di rumahnya sendiri, mengucilkan diri dari ruang-ruang publik, dan menghindari keramaian.

Nyatanya, bagi mereka, dan apa yang dalam pikiran sebagian besar masyarakat, Covid-19 sudah tidak ada. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap regulasi penanganan Covid-19 di masa antiklimaks hal wajar, mengingat sejumlah aturan pencegahan penyebaran virus yang diterapkan sejak awal kemunculan pandemi terus berubah-ubah. Covid-19 juga merupakan hal baru yang dihadapi oleh manusia, maka penanganan terhadapnya dilakukan secara menduga-duga dan melakukan hal yang dipandang paling ilmiah.

Dan pada peringatan kemerdekaan Indonesia tahun 2023 memperlihatkan situasi positif. Aturan mengenai pembatasan kegiatan tidak diberlakukan kembali. Selama satu tahun ini, isu dan wacana mengenai Covid-19 secara perlahan hilang, berbagai media tidak lagi mengusik dan mengungkit kasus Covid-19. Masyarakat tidak perlu lagi dipantau secara ketat oleh petugas keamanan saat memasuki ruang-ruang publik, orang-orang merasakan telah benar-benar merdeka dari Covid-19.

Bahkan, beberapa kasus penyelewengan bantuan di masa pandemi juga seolah raib begitu saja, dari tingkat nasional hingga wilayah. Masyarakat lebih memilih untuk memeriahkan hari kemerdekaan Indonesia.

Kemeriahan Agustusan telah membawa masyarakat pada dimensi lain dalam memberi makna terhadap arti kemerdekaan. Jika dibandingkan dengan kemeriahan perayaan hari kemerdekaan beberapa tahun lalu, kemeriahan kemerdekaan tahun 2023 ini mengalami lonjakan signifikan baik dari penyajian konten acara, ornamen yang disajikan, dan cara masyarakat menyambut kemerdekaan.

Tidak hanya dilakukan oleh kelompok sosial masyarakat. Di beberapa wilayah Kota Sukabumi, peringatan Agustusan dilakukan oleh individu-individu, mereka mengadakan sejumlah permainan dengan merogoh isi kantong sendiri.

Sementara itu, di ranah yang lebih luas, Pemerintah Kota Sukabumi menggelar Kirab Budaya Merah Putih pada peringatan kemerdekaan Indonesia ke-78. Ide dan gagasan ini merupakan aplikasi dari anjuran Pemerintah Pusat agar setiap daerah mengemas hari kemerdekaan dengan acara-acara (kariaan) yang merefleksikan semangat kebhinekaan.

Masyarakat dengan pernak-pernik dan corak baju adat Nusantara memadati Lapang Merdeka, berkonvoi di jalan-jalan protokol, dijadikan konten menarik oleh para influencer media sosial.

Gagasan kebhinekaan dijadikan tajuk dalam Kirab Budaya Kota Sukabumi semakin mengokohkan pijakan yang tepat bagi masyarakat tentang pengakuan adanya perbedaan dalam struktur kehidupan. Perbedaan sebagai bagian dari kepelbagaian menjadi bagian dari hukum yang disediakan oleh alam yang patut dihargai oleh manusia. Tanpa keragaman atau kebhinekaan, manusia tidak akan menemukan hakikat dari kemerdekaan itu.

Di sisi lain, Kirab Budaya Merah Putih dapat menjadi salah satu penarik wisatawan domestik jika dilakukan secara berkala. Identitas dan jenama Kota Sukabumi juga secara perlahan akan muncul. Sampai sekarang, pemerintah dan masyarakat Kota Sukabumi masih mencari-cari identitas kotanya sendiri. Identitas Kota Sukabumi masih tampak samar dan menunjukkan partikularitas berdasarkan wilayah.

Misalnya, sentralisasi perkembangan pusat perekonomian menjadi alasan sebutan Kota Mochi untuk Sukabumi. Meskipun sebutan ini telah populer, walakin, penjenamaan Kota Mochi tidak akan mewakili wilayah kota secara keseluruhan. Kekhasan dengan beragam corak mulai dari kuliner, perkakas, dan seni terlihat begitu nyata di masing-masing tempat. Jenama lainnya, Sukabumi sebagai Kota Polisi patut diapresiasi oleh masyarakat. Kendati sampai saat ini sosialisasi tentang Kota Polisi ini belum menyentuh kelompok masyarakat secara luas.

Pemerintah bersama komunitas-komunitas di Kota Sukabumi harus lebih banyak memunculkan gagasan genuine dalam memberikan jenama yang tepat untuk daerahnya. Jika pun jenama ini tidak muncul atau belum dapat dimunculkan, pemerintah dan masyarakat perlu memberikan ruang yang lebih luas terhadap pertumbuhan seni dan budaya kota agar pada saatnya nanti Kota Sukabumi menjadi salah satu destinasi wisata seni dan budaya. Di beberapa daerah, pagelaran dan parade budaya telah dijadikan acara tahunan dan dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun asing.

Dalam waktu dekat, ketika pintu-pintu tol telah dibuka sampai ke wilayah Cibolang, Selabintana, dan Sukaraja, ruralisasi atau perpindahan penduduk dari kota besar menjadi satu hal yang tidak dapat dihindari. Pada jam makan siang dan hari libur, orang-orang Jakarta, Tangerang, dan Bogor akan datang ke Kota Sukabumi tanpa dihambat kemacetan. Situasi ini dapat menjadi peluang sekaligus ancaman bagi pemerintah dan masyarakat Kota Sukabumi.

Kirab Budaya Merah Putih memang tidak ditujukan sekadar untuk membentuk daya tarik orang lain terhadap Kota Sukabumi. Kirab Budaya merupakan ikhtiar dari pemerintah pusat hingga daerah untuk memperkenalkan keragaman identitas yang ada di negara ini. Sebab, perbedaan seringkali menjadi pemantik perdebatan hingga konflik jika tidak disertai oleh sikap saling menghormati, membiarkan, dan toleran terhadap kepelbagaian dalam kehidupan.

Dimuat Radar Sukabumi, Kamis 24 Agustus 2023

Posting Komentar untuk "Kirab Budaya: Gagasan Kebhinekaan di Kota Sukabumi"