Babak Baru AI: Pertaruhan Profesionalisme di Era Chat GPT


Laman Facebook, sumber: Unsplash

Tahun 2014, saat penggunaan ponsel cerdas terus mengalami tren peningkatan, saya memperbincangkan “hilangnya ranah privasi di ruang maya” dengan seorang teman. Berbagai platform media sosial mengalami pertumbuhan sejalan dengan peningkatan pengguna ponsel cerdas dan pertumbuhan akun media sosial.

Surutnya wilayah privasi diawali oleh pengguna media sosial saat menuliskan atau menerbitkan status tentang dirinya, makanan yang dikonsumsi, keseharian dan gerak-gerik harian, kegemaran, hingga masalah keluarga dan apa saja yang menimpa dirinya. Belum lagi disempurnakan oleh gerak tubuh dan tarian lenggak-lenggok di depan kamera ponsel. Sikap ini dipandang absurd dan aneh di masyarakat tradisional karena terlalu vulgar membicarakan diri sendiri sampai tidak ada lagi wilayah rahasia. Vulgar berarti terbuka selebar-lebarnya.

Kecerdasan buatan (artificial intelligence) hanya sebatas wacana saat itu. Namun dunia sedang mengarah ke sana, secara perlahan, kehadiran gawai-gawai cerdas mulai menggantikan peran para profesional. Gawai cerdas berkembang menjadi mesin-mesin yang mampu mempelajari, mengolah data, dan memberikan saran bagi pemiliknya. Pemilik gawai cerdas –dapat saja– justru dikalahkan oleh gawainya sendiri.

Misalnya, gawai cerdas dengan algoritma bawaannya mampu mendeteksi aktivitas keseharian, merekam jejak aktivititas, dan membuat formula yang tepat tentang tindakan apa yang harus dilakukan oleh pemiliknya agar sesuai dengan habit track. Pemilik ponsel cerdas sendiri tidak menyadari atau memiliki kemampuan melacak perilaku kesehariannya, atau mungkin saja tidak mau tahu bahwa aktivitas hidupnya sedang direkam dan dicatat oleh mesin cerdas secara berkala.



Kecerdasan alamiah yang dimiliki oleh manusia tercipta melalui rentang waktu hingga puluhan ribu tahun. Manusia mengetahui bukan matahari yang bergerak mengelilingi bumi melainkan sebaliknya baru terjadi di era Copernicus di abad ke 15. Manusia baru mengetahui bulan merupakan benda angkasa yang terjebak oleh gravitas bumi baru pada abad ke 19.

Bahkan manusia mengetahui “quark” sebagai penyusun materi (unsur fundamental alam) yang berukuran lebih kecil dari atom baru terjadi akhir-akhir ini. Sementara itu, kecerdasan buatan sejak penemuan komputer pertama pada tahun 40-an terus melakukan revolusi secara cepat bahkan lebih cepat dari prediksi para ahli teknologi dan pembuatnya sendiri. Laju kecerdasan buatan berbanding lurus dengan jumlah data yang dikirimkan oleh manusia ke dalam sistem daring kemudian sampai menghasilkan sebuah big data.


Quark, sumber: Wikipedia

Google menjadi serba tahu karena memiliki bank data mengenai berbagai informasi yang dikirimkan oleh para pengguna ponsel cerdas. Sejak awal ponsel cerdas dengan sistem operasi android, saat itu juga informasi dialirkan ke saluran maya oleh para pemilik ponsel. Keunggulan mesin cerdas yaitu mampu merekam setiap data dan menyimpannya dalam waktu lama, kemudian membekas menjadi jejak digital, dan akan datang kembali jika dipanggil berdasarkan kata-kata kunci yang tepat. Seluruh informasi daring ini diperoleh dari informasi yang disetorkan secara cuma-cuma oleh para pengguna ponsel cerdas.

Sangat berbeda dengan aktivitas di ruang nyata, misalkan seseorang akan benar-benar hilang di dunia nyata saat meninggal dunia, bekas dan jejaknya berujung pada batu nisan yang dilabeli namanya. Sementara itu, jejak digital akan terus hidup dan dapat diakses oleh siapapun. Akun-akun mati yang ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya masih dapat diakses oleh orang lain, bahkan beberapa data gambar pada akun media sosial yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya ini masih dapat diunduh secara cuma-cuma. Artinya, tidak ada kecerdasan buatan ketika pasokan informasi dari pengguna gawai cerdas sangat minim.

Big data sebagai informasi yang terhimpun dari para pengguna gawai tidak sepenuhnya memiliki validitas dan akurasi yang benar. Sama halnya dengan informasi yang dihimpun oleh manusia selama puluhan ribu tahun. Informasi tentang sejarah kehadiran dan sepak terjang manusia yang terdapat pada buku-buku sejarah pun tidak sepenuhnya valid dan benar atau berdasarkan fakta historis saat peristiwa terjadi. Hanya saja, kecerdasan buatan mampu mengeliminasi data-data yang tidak valid jika di kemudian hari muncul informasi yang lebih valid dari sebelumnya.

Semua data ini berasal dari pasokan informasi yang dikirimkan oleh manusia ke dalam jagat maya. Raksasa media sosial seperti Facebook lebih lihai dalam proses pengumpulan data pengguna. Facebook tingga menambahkan sebuah tombol untuk mendapatkan informasi detail seseorang. Hanya dengan membuat satu pertanyaan sederhana, Facebook telah berhasil menjaring milyaran informasi para penggunanya. Bandingkan dengan BPS (Badan Pusat Statistik), untuk mendapatkan informasi pekerjaan warga negara, lembaga ini harus menyiapkan petugas pencacah lapangan. Waktu yang dibutuhkan bisa sampai satu hingga tiga bulan.

Kendati demikian, survey (tindakan memata-matai) oleh media sosial bukan berarti pengguna media sosial merupakan sosok-sosok berbahaya secara politis. Mereka mengepul informasi dan mengawasi pengguna media sosial atas kepentingan ekonomi. Saat seseorang menonton salah satu video atau membuka gambar satu produk, pada tahap berikutnya video dan iklan serupa akan tampil otomatis di beranda media sosial, secara tidak langsung kita digaet untuk menonton dan membuka konten-konten serupa.


Komputer generasi pertama, sumber:Kompas

Mau tidak mau, karena konten-konten ini secara otomatis berseliweran di beranda media sosial. Algoritma media sosial membaca gerak-gerik kita dan diterjemahkan sebagai seseorang yang menyukai produk tertentu. Kondisi keuangan seseorang dapat dibaca oleh algoritma mesin pembelajaran, tanpa disadari, pada beranda media sosial muncul tawaran pinjaman dari berbagai platform lembaga keuangan daring (pinjol). Siapa yang tidak tergiur oleh pinjaman dengan persyaratan ringan di saat kondisi keuangan sedang surut?

Para pemilik dan penyandang saham media sosial mengenal secara detail gerak-gerik hingga kebiasaan orang Indonesia. Sekadar untuk membuat gaduh seperti yang pernah terjadi di Suriah dengan isu Arab Spring mereka sebenarnya dapat melakukannya. Namun, bagi para pebisnis global, kondisi porak-porandanya sebuah negara, apalagi Indonesia sama dengan menghancurkan bisnisnya sendiri.

Kasus yang baru saja terjadi, penutupan tiga Bank di Amerika Serikat karena tingkat pengembalian pinjaman dari para pebisnis usaha rintisan di negara ini kurang baik merupakan buah dari sikap teledor para pengembang usaha rintisan dan para bankir saat membaca peluang usaha digital. Padahal, raksasa digital seperti Google, Facebook, dan Twitter tidak pernah melakukan kengerian kendati mereka telah melanglang bisnis digital dan memiliki kemampuan membuat suatu negara kalang kabut diterjang kekacauan.

Era ChatGPT


ChatGPT

November 2022 merupakan babak baru dari rangkaian revolusi kecerdasan buatan. Warga negara dunia maya dapat secara langsung melakukan percakapan dengan mesin cerdas di situs web https://chat.openai.com. Siapapun dapat bertanya, berdiskusi, dan memberikan perintah sederhana namun akan mendapatkan jawaban panjang dari mesin cerdas.

Era baru ChatGPT membuka peluang bagi siapa pun untuk mendapatkan informasi hanya dengan mengandalkan kuota atau paket internet. Platform obrolan kecerdasan buatan ini lebih interaktif, penggunaannya terbatas ketika lalu-lintas data tergolong tinggi. Walakin, untuk pengguna premium, chatGPT dapat diakses sepuasnya, melakukan obrolan dengan mesin. Orang Indonesia juga dapat mengobrol memakai Bahasa Indonesia dengan mesin cerdas ini.

Saya mencoba memberikan pertanyaan kepada mesin obrolan ini: “ Dari mana chatGPT mendapatkan berbagai informasi?”, dan mendapatkan jawaban seperti ini:

“ Saya, ChatGPT, didasarkan pada model bahasa besar yang dilatih oleh OpenAI menggunakan teknologi pembelajaran mesin atau machine learning. Model ini dilatih dengan memproses dan mempelajari sejumlah besar teks yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti buku, artikel, situs web, dan dokumen lainnya.

Sumber data yang digunakan untuk pelatihan model GPT beragam, termasuk materi dari internet seperti Wikipedia, berita, dan buku, serta dokumen lainnya seperti jurnal, makalah akademik, dan publikasi industri. Model GPT juga dapat diperbarui dengan data baru dan diperluas secara teratur untuk mencakup informasi dan tren terbaru.

Namun, penting untuk dicatat bahwa meskipun saya memiliki akses ke sumber daya yang luas, saya juga dapat membuat kesalahan dan dapat menghasilkan jawaban yang tidak akurat atau tidak relevan tergantung pada pertanyaan atau input yang diberikan. Oleh karena itu, pastikan untuk selalu mengevaluasi dan memverifikasi informasi yang diberikan oleh saya. “

Jadi, seperti yang saya tulis pada beberapa alinea sebelumnya, informasi yang dikumpulkan hingga membentuk big data terdiri dari kepelbagaian, dari yang hoaks hingga valid, sama dengan informasi yang disusun oleh manusia dalam rentang waktu ribuan tahun. Ada sedikit perbedaan, karena dilengkapi oleh emosi, manusia dapat saja berbohong dan mengolah informasi bohong menjadi seolah-olah benar. ChatGPT justru mengaku secara gamblang, ia dapat saja memberikan informasi tidak akurat tergantung dari informasi yang diterimanya.


Algoritma, bahasa pemrograman

Babak berikutnya, dapat saja, pengembang kecerdasan buatan melangkah lebih jauh ketika mereka telah mampu membenamkan algoritma perasaan dan emosional ke dalam mesin cerdas. Jawaban mesin cerdas saat memiliki empati, belas kasihan, simpati, dan kebebasan akan diwarnai oleh trik bagaimana mengelabui lawan bicaranya. Sejauh ini, chatGPT masih memberikan jawaban sesuai dengan kapasitas dirinya sebagai mesin, meskipun cerdas namun tanpa perasaan.

Kehadiran chatGPT menjadi hal menarik bagi para pelajar, mahasiswa, guru, dan dosen. Kecerdasannya dapat digunakan oleh seorang mahasiswa untuk membuat resume dan catatan mata kuliah hanya dengan mengetikkan perintah: Buatlah rangkuman tentang Sejarah Peradaban Manusia dari berbagai zaman! Media-media juga mungkin dapat menjadikan chatGPT sebagai alat kontrol pembuatan opini dan kolom.

Hanya dengan memberikan perintah: Buatlah berita tentang penutupan Silicon Valley Bank oleh Regulator California pada 10 Maret 2023. Mesin cerdas akan menyajikan berita yang siap tayang seperti ini:

San Francisco - Silicon Valley Bank, salah satu bank terkemuka yang melayani perusahaan teknologi di Amerika Serikat, telah ditutup oleh regulator California pada hari Kamis, 10 Maret 2023. Penutupan ini terjadi setelah bank dianggap tidak dapat memenuhi persyaratan kecukupan modal minimum yang ditetapkan oleh regulator.

Sebagai hasil dari penutupan ini, semua rekening nasabah Silicon Valley Bank akan dialihkan ke bank lain yang disetujui oleh regulator, sementara operasi bank akan dihentikan secara permanen. Sejumlah nasabah bank yang terkenal seperti Uber, Airbnb, dan Coinbase, telah diberitahu tentang penutupan tersebut dan diminta untuk segera mencari alternatif perbankan.

Penutupan Silicon Valley Bank merupakan kejutan besar bagi industri teknologi di San Francisco Bay Area, tempat bank tersebut berpusat. Bank ini dikenal sebagai mitra utama bagi banyak startup dan perusahaan teknologi yang membutuhkan pendanaan dan dukungan keuangan. Beberapa perusahaan teknologi telah mengekspresikan kekhawatiran tentang dampak penutupan ini terhadap operasi mereka dan proses penggalangan dana.

Namun, regulator California telah menegaskan bahwa keputusan ini dibuat setelah pertimbangan matang dan berdasarkan pada kepentingan nasabah dan stabilitas keuangan. Bank sentral juga telah menjamin bahwa sistem perbankan di negara ini tetap kuat dan stabil, dan akan terus memantau situasi untuk menghindari potensi krisis keuangan.

Lantas, etiskah ketika manusia dalam mengerjakan apa saja harus tergantung kepada kemampuan mesin cerdas? Cerdaskah manusia ketika merengek-rengek setiap hari dengan meminta bantuan mesin cerdas dalam menyajikan tulisan? Sayang sekali, mesin tidak pernah mengenal etis dan tidak etis, ia akan terus menyajikan informasi selama diperintah oleh manusia, entah dengan cara yang baik atau kasar sekalipun. Profesionalisme sedang diuji dan dipertaruhkan di era chatGPT saat ini.

Posting Komentar untuk "Babak Baru AI: Pertaruhan Profesionalisme di Era Chat GPT"