Asupan nutrisi sangat dibutuhkan oleh manusia untuk menjaga dan merawat fitur penting keberlangsungan spesies dirinya. Kebutuhan pangan dari berbagai sumbernya merupakan syarat mutlak ketersediaan asupan nutrisi untuk dikonsumsi. Daging telah menjadi sumber pangan sejak leluhur manusia menempati planet ini.
Sebelum penemuan api, leluhur manusia mengonsumsi daging yang syarat dengan kandungan zat besi dan kalori tanpa proses kalorisasi. Kondisi ini memungkinkan proses pencernaan terhadap daging berlangsung lebih lama. Pada beberapa kasus, usia harapan hidup leluhur manusia terancam oleh cara mereka mengonsumsi sumber pangan yang masih terkontaminasi oleh zat renik seperti bakteri.
Proses mengonsumsi sumber pangan oleh manusia dari generasi ke generasi tidak sekadar untuk menghilangkan lapar. Lebih dari itu, sumber pangan yang berasal dari tumbuhan dan hewan merupakan distributor energi yang berasal dari sumber energi terbesar yaitu matahari.
Melalui sumber pangan ini, energi dapat dipindahkan atau ditransformasikan ke dalam tubuh manusia dengan jumlah sangat minimum jika dibandingkan dengan keberlimpahan energi yang disediakan oleh alam. Pada dasarnya, mengonsumsi sumber pangan menjadi cara terbaik yang dilakukan oleh manusia dalam menyerap sumber energi sebagai pembangkit kekuatan (daya) manusia dalam menghadapi kehidupan.
Secara generatif kebutuhan akan sumber energi terus diwariskan dari generasi ke generasi. Proses penyajian sumber pangan juga sepanjang alur dan linimasa kehidupan terus mengalami perkembangan. Kemampuan melakukan proses pengolahan sumber pangan dari sederhana menjadi kompleks dan beragam menjadi alasan kuat terhadap perbaikan struktur tubuh, pola pikir, dan cara terbarukan yang dilakukan oleh manusia dalam menjalani kehidupan. Kondisi yang jarang terjadi di dunia hewan dan tumbuhan.
13.000 tahun lalu, sekelompok manusia berkumpul di savana pinggiran hutan tropis. Mereka mulai membangun komunikasi dan koordinasi untuk merencanakan sesuatu yang akan membawa perubahan besar pada masa berikutnya. Babak baru ini merupakan kelanjutan dari sebuah revolusi yang telah membawa manusia keluar dari goa dan persembunyian selama puluhan ribu tahun lamanya.
Koordinasi antar anggota kelompok saat itu menghasilkan dua gagasan penting; pembangunan pemukiman dan pengolahan lahan garapan sekaligus hewan peliharaan atau domestikasi. Di sekitar bangunan sederhana mengalun asap dari perapian yang terus dijaga sepanjang musim panas dan lembab karena api merupakan hal paling penting di masyarakat komunal awal.
Masyarakat modern hanya melanjutkan kebiasaan atau tradisi yang telah dilakukan oleh leluhurnya. Proses dan penyajian makanan dan minuman dilakukan secara komunal di masa berburu dan meramu. Para lelaki leluhur manusia memiliki peran sebagai pengepul sumber makanan, sementara itu kaum perempuan memiliki peran memproses sumber pangan yang terkumpul untuk dimasak kemudian disajikan dan dikonsumsi secara komunal.
Perubahan cara penyajian makanan dan minuman ini berubah dari komunal ke skala lebih kecil yaitu keluarga inti di masa revolusi pertanian. Walakin, kebiasaan menyantap makanan tetap dilakukan bersama-sama di dalam keluarga inti.
Pada perkembangan berikutnya, makanan yang disajikan dan dikonsumsi beramai-ramai tidak hanya satu hingga dua jenis makanan saja, era modern justru menyajikan berbagai jenis makanan namun dikonsumsi oleh kalangan terbatas. Bukan hal aneh, kendati sumber pangan yang tersedia cukup berlimpah, pada babak sejarah kehidupanya, manusia pernah mengalami masa kelaparan berkepanjangan akibat peperangan dan penguasaan sumber pangan oleh si rakus yang memiliki kekuasaan.
Kenyataan seperti ini sangat musykil terjadi di masyarakat modern. Ancaman bagi masyarakat modern bukan lagi masalah kurang dan rawan pangan melainkan kelebihan sumber pangan, jika dikonsumsi secara tidak tepat akan menimbulkan obesitas dan berbagai penyakit lain seperti kanker, asam urat, serangan jantung, dan diabetes.
Manusia modern harus merancang jenis makanan yang aman dikonsumsi agar terhindar dari sikap adiktif namun mengancam dirinya. Manusia modern dalam menyediakan makanan tidak sekadar untuk memenuhi kegiatan transaksional, walakin harus memerhatikan kualitas makanan yang dipasarkan. Membuka usaha kuliner makanan seperti yang dilakukan oleh Sate Maranggi Hj Nani, bagi pengelola bertujuan merawat kembali tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Tidak berlebihan, sejak awal berdiri pada 2018, pengelola menjadikan Sate Maranggi, jenis sate khas Sunda menjadi kuliner unggulannya. Proses penyajian sate kambing pilihan melalui kalorisasi sebanding dengan cita rasa dan harga yang ditawarkan.
Berbanding lurus dengan pertumbuhan kegiatan usaha kuliner di Kota Sukabumi, Sate Maranggi Hj Nani menjadi salah satu bagian penting penyangga perekonomian di Sukabumi dengan tidak melalaikan keamanan jenis makanan yang dikonsumsi.
Secara umum, dua kedai sate di Jalan Lingkar Selatan dan Alun-Alun Kota Sukabumi ini dikelola oleh keluarga. Keterlibatan keluarga dalam kegiatan usaha kuliner sate maranggi disebutkan oleh pengelola untuk menjaga kekhasan dan cita rasa sate dan sop yang disajikan kepada pelanggan dan konsumen.
Covid-19 Sumber: Kemenkeu
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia telah merelaksasi fitur perekonomian. Dampaknya dirasakan oleh sebagian besar pelaku usaha yang tidak mampu mengalihkan pemasaran ke norma baru melalui digitalisasi pemasaran.
Jika dicerna secara jernih, kemunculan pandemi sebagai akibat dari penyebaran coronavirus diseases tak lepas dari cara manusia dalam mengonsumsi jenis makanan. Terlepas dari perdebatan tentang asal-muasal virus ini disebabkan oleh uji coba senjata biologis di Kota Wuhan, nyatanya virus corona telah memutasi dirinya setelah mereka berpindah induk semang dari tubuh hewan ke dalam tubuh manusia. Selama dua tahun pandemi, Sate Maranggi Hj Nani tetap beroperasi dengan memaksimalkan platform marketplace dan jasa pengiriman daring.
Pasca-pandemi tidak hanya mengajak para pelaku usaha untuk melakukan pendekatan dan norma baru dalam memasarkan produknya, juga harus lebih difokuskan pada beberapa hal. Pertama, jenis makanan yang ditawarkan dan disajikan harus benar-benar bersih, terpilih, dan memerhatikan norma serta etika keyakinan mengenai kehalalannya.
Kedua, usaha kuliner harus dilakukan tidak semata-mata meraup keuntungan, walakin bersifat saling timbal balik dengan pelanggan atau konsumen dalam mendapatkan makanan dan minuman yang berkualitas. Ketiga, usaha kuliner harus memerhatikan norma sosial yang berlaku dan dapat menjadi rujukan pelaku usaha lain sebagai bentuk konservasi tradisi dan kearifan lokal.
Pasca-pandemi tidak hanya mengajak para pelaku usaha untuk melakukan pendekatan dan norma baru dalam memasarkan produknya, juga harus lebih difokuskan pada beberapa hal. Pertama, jenis makanan yang ditawarkan dan disajikan harus benar-benar bersih, terpilih, dan memerhatikan norma serta etika keyakinan mengenai kehalalannya.
Kedua, usaha kuliner harus dilakukan tidak semata-mata meraup keuntungan, walakin bersifat saling timbal balik dengan pelanggan atau konsumen dalam mendapatkan makanan dan minuman yang berkualitas. Ketiga, usaha kuliner harus memerhatikan norma sosial yang berlaku dan dapat menjadi rujukan pelaku usaha lain sebagai bentuk konservasi tradisi dan kearifan lokal.
Alamat Kedai Sate Maranggi Hj Nani Pusat
Masa pemulihan perekonomian baru berjalan satu tahun. Sate Maranggi Hj Nani sebagai penyedia sate khas Sunda telah mengambil peran penting yang mengindikasikan suatu daerah mampu bertahan oleh pengetatan berbagai bentuk kegiatan. Pemerintah pusat telah mewanti-wanti tentang resesi global yang akan melanda dunia di tahun 2023.
Kekhawatiran resesi global yang akan terjadi pada kuartal pertama tahun 2023 memang belum dirasakan oleh masyarakat secara umum. Masyarakat Kota Sukabumi bersama pelaku usaha kuliner berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi tahun 2020-2022 memiliki peran penting dalam hal membentengi diri dari kerawanan sosial. Indeks Pembangunan Manusia yang terus mengalami peningkatan (0.92% pada tahun 2022) dapat menjadi modal sosial warga kota di saat resesi global benar-benar terjadi.
Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah sebetulnya tidak harus terlalu khawatir dengan ancaman resesi global. Beberapa peristiwa sebelumnya, seperti pada saat krisis ekonomi tahun 1997-2000 melanda dunia, kegiatan ekonomi yang digerakkan oleh para pelaku UMKM mampu bertahan dan menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi negara.
Tanpa kegiatan ekonomi mikro ini, sudah dipastikan negara ini akan benar-benar terpuruk terhempas badai krisis. Kemampuan bertahan ini serupa dengan apa yang dialami oleh leluhur manusia di masa paceklik di dunia kuno. Ketersediaan simpanan cadangan makanan yang dikelola oleh masyarakat tradisional tidak berdampak besar dan signifikan bagi masyarakat. Kisah-kisah upaya bertahan dengan membangun ketahanan pangan di masa lalu banyak diserap oleh kitab-kitab suci dan agama mayor saat ini, contoh nyata darinya yaitu kisah Nabi Yusuf.
Kuliner Sate Maranggi Hj Nani Sukabumi telah menjadi bagian penting dari berbagai kegiatan usaha berbasis kultural di tengah iklim global modern. Berada di pusat kegiatan ekonomi masyarakat urban dengan kepelbagaian cita rasa modernitas, kegiatan usaha tradisional diharapkan menjadi katalisator perekonomian daerah dan berdampak luas memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara. Bukan tidak mungkin, kegiatan usaha berbasis kultural inilah yang akan tetap bertahan di setiap badai krisis melanda dunia.(Kang Warsa)
Kekhawatiran resesi global yang akan terjadi pada kuartal pertama tahun 2023 memang belum dirasakan oleh masyarakat secara umum. Masyarakat Kota Sukabumi bersama pelaku usaha kuliner berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi tahun 2020-2022 memiliki peran penting dalam hal membentengi diri dari kerawanan sosial. Indeks Pembangunan Manusia yang terus mengalami peningkatan (0.92% pada tahun 2022) dapat menjadi modal sosial warga kota di saat resesi global benar-benar terjadi.
Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah sebetulnya tidak harus terlalu khawatir dengan ancaman resesi global. Beberapa peristiwa sebelumnya, seperti pada saat krisis ekonomi tahun 1997-2000 melanda dunia, kegiatan ekonomi yang digerakkan oleh para pelaku UMKM mampu bertahan dan menjadi penyokong pertumbuhan ekonomi negara.
Tanpa kegiatan ekonomi mikro ini, sudah dipastikan negara ini akan benar-benar terpuruk terhempas badai krisis. Kemampuan bertahan ini serupa dengan apa yang dialami oleh leluhur manusia di masa paceklik di dunia kuno. Ketersediaan simpanan cadangan makanan yang dikelola oleh masyarakat tradisional tidak berdampak besar dan signifikan bagi masyarakat. Kisah-kisah upaya bertahan dengan membangun ketahanan pangan di masa lalu banyak diserap oleh kitab-kitab suci dan agama mayor saat ini, contoh nyata darinya yaitu kisah Nabi Yusuf.
Kuliner Sate Maranggi Hj Nani Sukabumi telah menjadi bagian penting dari berbagai kegiatan usaha berbasis kultural di tengah iklim global modern. Berada di pusat kegiatan ekonomi masyarakat urban dengan kepelbagaian cita rasa modernitas, kegiatan usaha tradisional diharapkan menjadi katalisator perekonomian daerah dan berdampak luas memengaruhi pertumbuhan ekonomi negara. Bukan tidak mungkin, kegiatan usaha berbasis kultural inilah yang akan tetap bertahan di setiap badai krisis melanda dunia.(Kang Warsa)
Posting Komentar untuk "Sate Maranggi Hj Nani: Kuliner Sukabumi Berbasis Kultural"